Sore pun datang menghampiri kota indah nan damai di daerah Jawa Tengah tepatnya di Kota Surakarta. Tak sengaja melihat seseorang yang begitu sangat sederhana, namun penuh dengan pelajaran
yang amat sangat berharga. Seorang kakek berusia 71 tahun, penjual es Dawet keliling yang tinggal di pinggiran kota Surakarta.
Pak Sukimin, nama dari kakek tersebut, seorang pahlawan keluarga yang
menginjak usia renta, tapi sama sekali tidak surut semangatnya untuk
terus berjuang dan bekerja keras. Tidak kurang dari 50 kilo meter
ditempuhnya setiap hari, dengan memikul gerobak es seberat 40 kg, mulai
dari jam 5 pagi sampai jam 8 malam. Semua itu terdorong atas kuatnya
keinginan bahwa dia menjauhi sifat meminta- minta dan karena pemenuhan
tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
Selama 40 tahun
lebih, pekerjaan tersebut telah dilakukannnya. Dan Subhanallah, kerja
keras setiap hari itupun ternyata tidak terus membuatnya jauh dari sang
maha kuasa. Walau dalam hujan dan panas, ketika mendengar adzan,
seketika itu pula pak Sukimin mencari masjid terdekat dan menjalankan
sholat berjamaah. Selain itu, cara belajar keikhlasannya yang begitu
sangat sederhana, namun menyentuh hati semua orang yang melihatnya
adalah dengan penerimaannya atas pembagian rejeki yang diterimanya dari
Allah subhanahu wataala.
"Saya pernah waktu sholat, gerobak
saya tinggal didepan masjid. Saya sudah pasrahkan sama Allah saja. Tapi
ternyata ada orang jahat yang mengambil semua uang yang telah saya dapat
seharian. Tapi saya ikhlas kok. Kalau sampai diambil orang berarti itu
bukan rejeki saya. Biar untuk dia saja tidak apa- apa, semoga lebih
berguna untuk dia." Cerita bapak 5 orang anak ini.
Menurut pak
Sukimin, dalam hidup ini manusia mendapatkan peran yang bermacam- macam,
namun satu hal yang tidak boleh kita lupakan, pekerjaan apapun itu
adalah untuk mencari ridho Allah. Saja. Dan hal itulah yang meringankan
hatinya jika musibah datang menghampiri. " Seringkali ada orang yang
beli namun tidak bayar, saya menunggu sampai lama ternyata orangnya
tidak membayar. ya saya tidak apa- apa. Kan sudah diminum juga. Sah kok
itu untuk dia." lanjutnya. Beliau juga tidak terlalunya sedih saat tubuh
rentanya telah lelah memikul gerobak yang sedemikian berat, sehingga
kakinya tersandung dan pecahlah semua barang dagangannya. " Lah wong
sudah jatuh, mungkin belum rejeki saya. ya nanti kapan- kapan berarti
saya diajari Allah disuruh hati- hati lagi". Subhanallah, kemiskinan
ternyata tidak menghalangi batinnya untuk menerapkan ilmu ikhlas kepada
sesamanya.
Memang, kehidupan ini tidak sempurna dan tidak
banyak memberi kesenangan kepada pak Sukimin, namun hal itu juga tidak
membuat beliau ragu untuk membagikan ilmunya kepada yang ingin berguru
kepadanya. " Rejeki itu sudah diatur sang maha kuasa. Saya ini hanya
perantara saja. saya sama sekali tidak takut tersaingi. Malah ilmu yang
saya berikan nanti itu, akan menemani saya saat saya mati nanti. saya
percaya itu". Sama sekali tidak ada rasa permusuhan ataupun iri dengki
dalam ketatnya persaingan dan beratnya hidup. Dalam susahnya mencari
rupiah, justru membuat pak Sukimin semakin berbesar hati untuk berbagi.
Hal yang sangat jarang untuk bisa dilakukan, bahkan oleh orang kaya
sekalipun, jika tidak murni adanya perbuatan itu yang hanya karena
Allah.
Kesabarannya dalam menghabiskan jatah hidup detik per
detik telah menempanya menjadi seorang manusia yang kuat, tabah dan
tidak pengeluh. Hal inilah juga yang menyebabkan beliau tetap
bersemangat untuk menjual dagangannya walaupun dalam kondisi cuaca
apapun." Kalau lagi hujan, ya saya tidak bisa berteduh, harus tetap
jalan. Nanti kasihan ibu nunggu dirumah malah kawatir. Akhirnya saya
pakai saja plastik untuk sekedar menutup tubuh agar tidak dingin " Kata
Kakek dari 11 cucu tersebut.
Bagi pak sukimin, bukan kemiskinan
yang menyakitkan hatinya, tapi saat dia tidak bisa bekerja lagi untuk
menyenangkan hati keluarganya, terutama sang istri. Penghasilan yang
hanya 30 ribu rupiah sehari, tidak mengurangi kesyukurannya atas jatah
rejeki yang telah dibagikan dari sang maha kuasa. " Saya dan istri
selalu bersyukur dengan apa yang ada. buat saya yang penting istri dan
keluarga senang. Jangan pernah iri dengan yang dimiliki orang lain"
Subhanallah, betapa akan sangat membahagiakan mempunyai ayah, ataupun
suami yang bisa menjadi tauladan seperti beliau. Beliau sangat setia
kepada keluarga dan setia kepada tanggung jawab pekerjaannya.Keluguan
dan kesederhanaan serta keikhlasan yang sangat apa adanya memberikan
kesan tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Semoga Allah selalu
menjaga beliau, sebagai balasan kuatnya penjagaan amanah beliau atas
kebahagiaan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar